Senin, 22 Agustus 2011

PENDEKATAN BEHAVIORISTIK: OPERANT CONDITIONING


Skinner membedakan dua jenis perilaku yaitu perilaku responden (respondent behavior) yang ditimbulkan oleh stimulus yang dikenali, dan perilaku operan (operant behavior) yang tidak diakibatkan oleh stimulus yang dikenali tetapi dilakukan sendiri oleh organisme. Mengendarai mobil, menulis e-mail, membaca buku, menyanyi adalah perilaku operan. Karakteristik umumnya adalah perilaku-perilaku tersebut disadari dan disengaja. Perilaku tersebut adalah operan, yaitu perilaku yang bukan merupakan respon yang pasti terjadi karena stimulus tertentu tetapi aksi yang dilakukan sendiri oleh responden (pelaku).
Menurut Skinner, operan menjadi penting dalam perilaku dan muncul dalam bentuk yang dapat dikenali pada waktu melakukan aksi di dalam lingkungan dimana stimulus penguat dihasilkan. Jenis pengkondisian yang menyangkut perilaku operan ini adalah tipe R atau operant conditioning (pengkondisian operan) karena penekanannya pada respon yang dikorelasikan dengan penguatan. Operant conditioning berhubungan dengan perilaku yang biasanya dipelajari secara sukarela bukannya perilaku refleks. Pada operant conditioning ini yang diperhatikan adalah konsekuensi perilaku dan pembentukan hubungan fungsional antara perilaku dan konsekuensi. Karakter dari operant conditioning ini adalah tidak ada stimulus yang didatangkan dan bahwa perilaku dikendalikan oleh efek perilaku tersebut terhadap lingkungan.
 Menurut wikipedia, operant conditioning adalah penggunaan konsekuensi untuk memodifikasi kejadian dan bentuk-bentuk perilaku. Konsekuensi yang dimaksud adalah hubungan antara respon tertentu dengan stimulus tertentu. Menurut Santrock, operant conditioning adalah sebentuk pembelajaran dimana konsekuensi-konsekuensi dari perilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas perilaku itu akan diulangi. Sedangkan  menurut Bigge, operant conditioning adalah proses belajar dimana frekuensi munculnya respon ditingkatkan; operan diperkuat. Operan adalah sejumlah aksi yang merupakan perilaku organisme seperti mengangkat kepala, mematuk, mengepakkan sayap, dll. Dalam operant conditioning, peningkatan kemungkinan respon akan terjadi lagi ini merupakan hasil penguatan. Skinner menyatakan bahwa reward (hadiah) bersamaan dengan stimulus dikriminasi disajikan pada waktu penguatan adalah stimulus, yang setelah proses belajar akan menyebabkan terjadinya operan.  
B.F Skinner melakukan percobaan terhadap tingkah laku tikus. Seekor tikus lapar diletakkan pada kandang kecil seperti bilik. Dinding-dindingnya kosong kecuali terdapat pengungkit dari logam dan sebuah baki dimana butir-butir makanan disalurkan pada salah satu sisi dindingnya. Pada awalnya tikus hanya mondar-mandir, mengendus-endus di pojok-pojok atau berdiri dengan satu kakinya. Selang beberapa waktu kemudian tikus meletakkan kakinya di atas pengungkit dan ketika pengungkit ditekan, makanan masuk ke baki dan tikus memakannya. Begitu seterusnya ketika tikus, meletakkan kaki pada pengungkit maka pengungkit akan tertekan dan makanan akan masuk. Tikus telah menemukan pola bahwa jika menekan pengungkit maka makanan akan masuk.
             Ada dua prinsip umum dalam pengkondisian tipe R ini yaitu: (1) setiap respon yang diikuti dengan stimulus yang menguatkan cenderung akan diulang; dan (2) stimulus yang menguatkan adalah segala sesuatu yang memperbesar rata-rata terjadinya respon operan. Skinner memberikan perhatian pada menemukan hubungan antara penguatan dan perilaku dan menjelaskan bagaimana perilaku dipengaruhi oleh konsekuensinya. Konsep-konsep yang akan dibahas selanjutnya adalah reinforcement, punishment, dan stimulus kontrol.
            Skinner membedakan antara reinforcer dengan reinforcement. Reinforcer adalah sesuatu yang oleh pengikut Skinner adalah stimulus, sedangkan reinforcement adalah efek dari stimulus tersebut. Reinforcement adalah sembarang stimulus yang meningkatkan kemungkinan respon yang terjadi. Definisi ini menjelaskan bahwa efek dari stimulus yang menentukan apakah perilaku operan dapat/tidak dapat diperkuat. Reinforcer dikenali berdasarkan  efeknya. Sembarang stimulus akan menjadi reinforcer bila menyebabkan peningkatan kemungkinan respon. Akibatnya sembarang situasi dapat menjadi penguat yang kuat bagi seseorang tetapi dapat menjadi hal yang tidak menyenangkan bagi orang lain. Contohnya siswa kelas 1 SD akan memberi beragam reaksi positif ketika mereka diberi pujian sebagai penghargaan atas hasil kerja matematisnya. Tetapi mahasiswa yang diberi pujian oleh profesornya setelah menyelesaikan masalah matematis sederhana akan menganggap profesornya aneh dan merasa disepelekan sehingga dia tidak termotivasi untuk melanjutkan tugas-tugas selanjutnya.
Dalam operan conditioning, reinforcement terjadi ketika suatu kejadian yang menyertai respon menyebabkan peningkatan kemungkinan terjadinya respon berulang setelahnya. Respon yang kuat dapat dinilai berdasarkan ukuran seperti frekuensi respon yang terjadi atau kecepatan respon yang terjadi. Reinforcement terjadi setelah respon perilaku makhluk hidup. Reinforcer yang dapat memperkuat respon ini bisa positif dan negatif.  Reinforcer positif adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan respon terjadi ketika stimulus tersebut ditambahkan ke dalam situasi lingkungan. Contohnya air, makanan, dan kontak seksual. Sedangkan reinforcer negatif adalah stimulus yang ketika dihilangkan dari lingkungan akan memperkuat kemungkinan respon operan. Contohnya suara bising, cahaya yang sangat terang, hawa yang terlalu dingin atau terlalu panas, atau setrum listrik. Reinforcer positif dan negatif memiliki efek reinforcement yang sama yaitu probabilitas respon meningkat.
      Reinforcement ada dua tipe yaitu reinforcement primer dan reinforcement sekunder. Reinforcer primer adalah reinforcer yang tidak dipelajari, alamiah, dan berupa pemenuhan kebutuhan psikologis. Contoh reinforcer primer adalah tidur, makanan, seks, minum, udara. Sedangkan reinforcer sekunder adalah reinforcer yang dipelajari, dan biasanya menjadi reinforcer ketika berpasangan dengan reinforcer primer. Contohnya adalah uang. Uang sebagai reinforcer sekunder ketika dipasangkan dengan makanan, dimana uang dapat digunakan untuk membeli makanan. Inti dari operant conditioning adalah ”mencari penguat” yaitu mencari peristiwa yang dapat menjadi penguat bagi orang tertentu sehingga penguat akan digunakan oleh seseorang untuk mengubah tingkah laku orang lain.
Sebuah penemuan baru yang penting dalam eksperimen dari Skinner (1938) adalah dia menghentikan dengan sengaja pemberian reinforcement sesudah organisme melakukan beberapa respon. Prosedur ini dinamakan intermittent atau partial reinforcement. Intermittent reinforcement ini telah digunakan dalam bermacam-macam schedules of reinforcement. Schedules of reinforcement atau Interval reinforcement adalah reinforcement yang terjadi pada interval waktu yang terbatas. Schedule reinforcement terdiri dari:
1.       Fixed ratio (FR), adalah schedule munculnya reinforcement segera setelah setiap n respon, misalnya FR5 artinya setiap 5 respon akan diperkuat.
2.       Variabel ratio (VR), schedule dimana banyaknya respon yang diperlukan untuk reinforcement  berbeda dengan reinforcement berikutnya. Respon yang diharapkan mungkin berbeda dan subjek tidak pernah tahu respon yang akan diperkuat. Sebagai contoh, seorang guru tidak ingin hanya melihat pekerjaan yang lengkap siswanya. Tetapi guru melihat berbagai langkah-langkah kemajuan mereka dan menilai apa yang telah mereka lakukan.
3.        Fixed interval, schedule dimana suatu respon akan mengakibatkan reinforcement setelah panjangya waktu yang terbatas. Jadi dalam hal ini respon tidak akan diperkuat, sebelum waktu yang telah ditentukan habis. Misalnya pada eksperimen laboratorium, respon tikus  untuk menekan pengungkit diperkuat setiap 15 detik setelah reinforcement terakhir.
4.       Variabel interval, schedule dimana reinforcement bergantung pada waktu dari suatu respon, tetapi waktu antara setiap reinforcement berbeda. Sebagai contoh, pada fixed interval di atas selang waktu tikus diberi reinforcement adalah tetap setiap 15 detik setelah reinforcement sebelumnya, namun pada variabel interval, jarak waktu antara reinforcement pertama dengan kedua adalah 10 detik, dan jarak waktu antara reinforcement kedua dengan ketiga 20 detik, dan  seterusnya.
Punisher adalah stimulus yang merupakan konsekuensi perilaku bertujuan menurunkan probabilitas perilaku terjadi lagi. Sembarang stimulus disebut punisher jika stimulus tersebut menghasilkan pengurangan perilaku. Punisher dapat dikenali berdasarkan efek yaitu penurunan respon. Contohnya jika seorang ayah memukul anaknya yang melempar boneka dan anak berhenti melempar boneka maka memukul adalah punisher. Tetapi jika anak masih terus melempar bonekanya maka memukul bukan punisher. Punisher ada dua jenis yaitu punisher positif. Punishment positif (tipe I) menyajikan stimulus berupa reinforcer negatif dan biasanya merupakan usaha untuk mengeliminasi beberapa perilaku yang tidak diinginkan. Contohnya penggunaan sanksi poin bagi pelanggaran aturan tata tertib di sekolah. Punishment negatif (tipe II) menghilangkan stimulus yang berupa reinforcer positif. Contohnya menahan siswa untuk tidak pulang dahulu setelah jam sekolah berakhir akan menghilangkan hak-hak  siswa untuk jalan-jalan ke mal di siang hari.  
Konsep penting lainnya di dalam operant conditioning adalah stimulus kontrol. Stimulus kontrol adalah stimulus pendahuluan yang mempengaruhi apakah respon operan terjadi. Sebagai contoh ketika siswa  berbicara setelah guru memintanya dengan cara menyebut namanya atau menunjuknya langsung maka ketika siswa berbicara akan diperbolehkan. Tetapi jika siswa berbicara tanpa guru menyuruhnya maka perkataannya  tidak diperbolehkan. Ketika kita menyetir, maka segala perilaku berkendara kita dikendalikan oleh lampu rambu lalu lintas. Gerakan tangan guru menunjuk siswa atau menyebut nama siswa dan giliran lampu rambu lalu lintas merupakan stimulus kontrol. 

 DAFTAR PUSTAKA

Alberto, Paul. 1990. Applied Behavior Analysis for Teacher Third Edition. New York : Macmilan Publising Company


Hergenhahn., Mattew H Olson. 2008. Theories of Learning edisi  ke 7. Jakarta : Kencana


Hilgard, Ernest., Gordon H Bower. 1966. Theories of Learning Third Edition. New York: Meredith Publising Company


Lefrancois. 1991. Psychology fort Teaching. California: Wadswoth Publising Company


Snelbecker, Glenn. 1974. Learning Theory, Instructional Theory, and Psychoeducational Design. New York: Mc Graw Hill Inc  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar